Jumat, 18 Maret 2016

Pengertian dan Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan



BAB I
PEMBAHASAN
Pengertian dan Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan
Pengertian dan Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan, menarik untuk di bahas. Istilah kurikulum telah menjadi istilah lazim dunia pendidikan dalam bahasa Indonesia. Secara etimologis atau asal kata, istilah ini merupakan serapan dari bahasa Yunani. Yang awalnya digunakan untuk dalam dunia olah raga, berasal  dari  kata “curir“ artinya pelari . Sementara “curere“ artinya  ditempuh  atau  berpacu. Yaitu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Menurut UU no. 20 tahun 2003, kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19)[1]  Konsep kurikulum sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yakni kumpulan beberapa mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa.
Mendasarkan pada makna yang terkandung dari beberapa uraian diatas, kurikulum sebagai  program pendidikan harus mencakup : (1) Sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; (2)  pengalaman  belajar  atau  kegiatan  belajar;  (3)  program  belajar (plan for  learning) untuk   siswa; (4)  hasil  belajar  yang  diharapkan.  Dari  rumusan  tersebut, kurikulum diartikan sebagai program  dan  pengalaman  belajar  serta  hasil-hasil  belajar  yang  diharapkan. Rumusan ini juga mengandaikan bahwa kurikulum diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara sistematis yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kompetensi sosial siswa.[2]
Seiring dengan perubahan zaman, pengertian kurikulum berubah. Pandangan  lama,  atau  sering  juga  disebut  pandangan tradisional, merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh  murid  untuk  memperoleh  ijazah.  Pengertian  tadi  mempunyai implikasi  sebagai  berikut:  (1)  kurikulum  terdiri  atas  sejumlah  mata pelajaran; (2) mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan, sehingga  penyampaian  mata  pelajaran  pada  siswa  akan  membentuk mereka  menjadi manusia yang mempunyai kecerdasan berpikir; (3) mata pelajaran  menggambarkan  kebudayaan  masa  lampau; (4)  tujuan mempelajari  mata  pelajaran  adalah  untuk  memperoleh  ijazah; (5)  adanya aspek keharusan  bagi setiap siswa untuk mempelajari mata pelajaran  yang sama;  (6)  sistem  penyampaian  yang  digunakan  oleh  guru  adalah  sistem penuangan (imposisi).[3] Intinya, ruang lingkup kurikulum adalah berkisar pada rencana pembelajaran.
Berdasarkan definisi para ahli, berikut adalah beberapa definisi kurikulum yang mencerminkan perkembangan dari zaman ke zaman per definisi kurikulum.[4]
Definisi Kurikulum
1. Definisi Kurikulum Menurut Murray Print (1993)
a. Kurikulum Sebagai Suatu Program Kegiatan Yang Terencana.
Berdasarkan pandangan komprehensif terhadap setiap kegiatan yang direncanakan untuk dialami seluruh siswa, kurikulum berupaya menggabungkan ruang lingkup, rangkaian, interpretasi, keseimbangan subject matter, teknik mengajar, dal lain-lain yang dapat direncanakan sebelumnya (Saylor, Alexander, dan Lewis, 1986).
b. Kurikulum sebagai Hasil Belajar yang Diharapkan
Kajian ini menekankan perubahan cara pandang kurikulum, dari kurikulum sebagai alat (means) menjadi kurikulum sebagai tujuan atau akhir yang akan dicapai (ends).
c. Kurikulum sebagai Reproduksi Kultural (Cultural Reproduction)
Pengembangan kurikulum semacam ini dimaksudkan untuk meneruskan nilai-nilai kultural kepada generasi penerus, melalui lembaga penerus.
d. Kurikulum sebagai Curere
Pandangan yang menekankan pada bentuk kata kerja kuikulum itu sendiri, yaitu curere. Sebagai pengganti interpretasi dari etimologi arena pacu atau lomba (race course) kurikulum, curere merujuk pada jalannya lomba dan menekankan masing-masing kapasitas individu untuk mengkonseptualisasi otobiografinya sendiri.
Masing-masing individu berusaha menemukan pengertian (meaning) ditengah-tengah berbagai peristiwa terakhir yang dialaminya, kemudian bergerak secara historis ke dalam pengalamannya sendiri di masa lampau untuk memulihkan dan membentuk kembali pengalaman semula (to recover and reconstitute the origins), serta membayangkan dan menciptakan berbagai arah yang saling bergantung dengan subdivisi-subdivisi pendidikan lainnya.
2. Definisi Kurikulum Menurut Beane, etc (1991)
Kurikulum yakni bahwa konsep kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang meliputi:
a. Kurikulum sebagai produk
Merupakan hasil perencanaan, pengembangan, dan perekayasaan kurikulum.
b. Kurikulum sebagai program
Secara esensial merupakan kurikulum yang berbentuk program-program pembelajaran secara riil.
c. Kurikulum sebagai hasil belajar yang ingin dicapai oleh para siswa
Mendeskripsikan kurikulum sebagai pengetahuan, keterampilan, perilaku, sikap dan berbagai bentuk pemahaman thd. mata pelajaran.
d. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Menempatkan pengalaman belajar sebagai hal yang sangat penting dalam pembelajaran.
3. Definisi Kurikulum Menurut John Dewey
John Dewey (1902) sudah sejak lama telah menggunakan istilah kurikulum dan hubungannya dengan anak didik. Dewey menegaskan bahwa kurikulum dan anak didik merupakan dua hal yang berbeda tetapi kedua-duanya adalah proses tunggal dalam bidang pendidikan. Kurikulum merupakan suatu rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan pengalaman belajar anak didik melalui suatu susunan pengetahuan yang terorganisir dengan baik yang biasanya disebut kurikulum.
4. Definisi Kurikulum Menurut Hilda Taba
“A curriculum usually contains a statement of aims and of specific objectives; it indicates some selection and organization of content; it either implies or manifests certain patterns of learning and teaching, whether because the objectives demand them or because the content organization requires them. Finally, it includes a program of evaluation of the outcomes”. Pengertian kurikulum menurut Hilda Taba menekankan pada tujuan suatu statemen, tujuan-tujuan khusus, memilih dan mengorganisir suatu isi, implikasi dalam pola pembelajaran dan adanya evaluasi.
5. Definisi Kurikulum Menurut Orlosky and Smith
Kurikulum adalah bagian dari program sekolah. Kurikulum berisi apa yang diharapkan pada siswa dalam pembelajaran.
6. Definisi Kurikulum Menurut Inlow (1966)
Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.
7. Definisi Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968)
Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
8. Definisi Kurikulum Menurut Beauchamp (1968)
Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari. [5]


pengertian dan Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan
pengertian dan konsep kurikulum Dalam pandangan John Dewey, kurikulum merupakan rekonstruksi yang berkelanjutan. Dimulai dari pengalaman yang dimiliki murid kemudian direpresentasikan dalam pelajaran. Berdasar wawasan Dewey, bisa ditarik kesimpulan bahwa rujukan utama penyusunan kurikulum adalah berakar dari pengalaman masing-masing siswa. Pendapat John Dewey ini juga diamini oleh beberapa pakar hingga tahun 1957. Hampir semua pakar kurikulum sepakat bahwa sumber kurikulum adalah pada pengalaman siswa.
Pandangan baru mengenai kurikulum terliat dari pendapat Ronald C. Doll (1974) yang menyatakan bahwa ruang lingkup kurikulum semakin luas. Termasuk dalam hal isi dan proses kurikulum yang semakin melebar, pemaknaan tentang pengalaman siswa juga ikut melebar, yaitu mencakup pengalaman di sekolah, di rumah, atauapun di masyarakat. [6]
Berbeda dan lebih jauh daru ahlu di atas, Zais memberikan pandanganya tentang ruang lingkup kurikulum. Bahwa kurikulum mencakup dua hal. Yaitu materi pembelajaran dan prosedur dalam proses pembelajaran. Sehingga kurikulum sudah dianggap memiliki kedudukan sentral dalam proses pembelajaran.
Konsep kurikulum dalam arti luas atau modern tidak hanya mencakup tentang rencana pembelajaran saja. Akan tetapi juga mencakup tentang segala sesuatu yang nyata yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah, baik di dalam ataupun di luar kelas. Maka kurikulum bisa diartikan juga sebagai entitas pendidikan yang mengatur tentang kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler.[7]
Pengertian-pengertian dan gagasan-gagasan baru tentang kurikulum akan selalu muncul seiring perkembangan zaman. Teori-teori baru akan muncul karena manusia pemikir pendidikan memang tidak akan pernah merasa puas pada satu hakikat saja.Para ahli-ahli baru dalam bidang pendidikan akan muncul dan membawa serta teor-teori baru pendidikan.
Secara konseptual kurikulum secara garis besar mempunyai tiga ranah, yaitu:kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi.[8]
Pertama, kurikulum sebagai substansi, yaitu kurikulum dipandang sebagai rencana pendidikan di sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum digambarkan sebagai dokumen tertulis yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi yang telah disepakati dan di setujui bersama oleh para penyusun kurikulum dan pemangku kebijaksanaan dengan masyarakat.
Kedua, kurikulum sebagai sistem, yaitu sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem sekolah, sistem pendidikan, dan sistem masyarakat. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum. Kurikulum sebagai sistem mempunyai fungsi bagaiamana cara memelihara kurikulum agar tetap berjalan dinamis.
Ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi, kurikulum disisni berfungsi sebagai suatu disiplin yang dikaji di lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi. Tujuan kurikulum sebagai suatu bidang studi adalah untuk mengembangkan ilmu kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari tentang konsep dasar kurikulum, mereka juga melakukan kegiatan penelitian dan percobaan guna menemukan hal-hal baru yang dapat memperkuat dan memperkaya bidang studi kurikulum.
itulah sedikit informasi tentang Pengertian dan Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan yang dapat  saya sampaikan semoga bermanfaat.
Fungsi Kurikulum
Menurut Nurgiantoro (1988 : 45-46), bahwa kurikulum mempunyai fungsi tiga hal. Pertama, fungsi kurikulum bagi sekolah terdiri dari alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Kurikulum juga dapat dijadikan pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan disekolah. Misalnya, bidang studi, alokasi waktu, pokok bahasan, serta termasukstrategi pembelajarannya.
Kedua, kurikulum dapat mengontrol dan memelihara keseimbangan proses pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka kurikulum pada tingkat atasnya dapat mengadakan penyesuaian,sehingga tidak terjadi pengulangan kegiatan pengajaran sebelumnya. Fungsi lain kurikulum juga dapat menyiapkan tenaga pengajar, dengan cara mengetahui kurikulum pada tingkat di bawahnya.
Ketiga, kurikulum dimaksud untuk menyiapkan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja, sehingga kurikulum mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat. Karena itu lulusan sekolah paling tidak dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan (vokasional) di satu sisi, dan dipersiapkan untuk melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya (akademis) disisi lain.[9]
Tujuan Kurikulum
Tujuan adalah komponen kurikulum yang sering dianggap komponen pertama dalam menyusun kurikulum karena tujuan akan mengarah penyusunan komponen-komponen kurikulum lainnya. Tetapi kenyataan lain menunjukkan bahwa banyak para guru atau penyusun kurikulum yang kurang menyadari ada dan pentingnya peranan tujuan. Mereka sering tidak menghiraukan komponen tujuan dan tidak pernah merumuskannya.

Bila sudah ada tujuan dalam buku kurikulum, sering-sering rumusannya terlalu umum dan kurang jelas. Masalah pokok dan paling sukar sehubungan dengan komponen tujuan, yakni bagaimana menerjemahkan tujuan pendidikan yang sangat umum menjadi tujuan bersifat khusus dan operasional, artinya tujuan yang benar-benar dapat dicapai oleh murid-murid di dalam proses belajar dalam kelas. [10]

Untuk memahami asal mula atau bagaimana tersusunnya tujuan kurikulum dari suatu sekolah (lembaga pendidikan) perlu diketahui tentang sumber-sumber yang membantu. Sumber-sumber tersebut adalah berupa dasar-dasar kurikulum yakni filsafat dan tujuan pendidikan, psikologi belajar, faktor anak dan masyarakat.

Pertama, misalnya kita akan menuliskan tujuan kurikulum Sekolah Menengah Pertama di Indonesia, maka tujuan tersebut harus sesuai sejalan dan sesumber pada tujuan umum pendidikan di Indonesia.

Agar dapat memahami sifat dan kedudukan tujuan kurikulum suatu sekolah, perlu diketahui adanya hirarki tujuan pendidikan. Hirarki tujuan pendidikan yang kita kenal, di Indonesia yaitu sebagai berikut.
1.      Tujuan Umum Pendidikan Nasional
Pendidikan umum dalam istilah ini ditinjau dari scope nasional. Tujuan umum pendidikan nasional adalah tujuan yang mengandung rumusan kualifikasi umum yang diharapkan telah dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia setelah menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu. Sumber  tujuan umum ini biasanya terdapat di dalam undang-undang atau ketentuan-ketentuan resmi tentang pendidikan. Misalnya, tujuan umum pendidikan nasional kita yang telah digariskan di dalam GBHN dan Undang-Undang Pokok Pendidikan. Tujuan umum ini harus menjiwai tujuan pendidikan yang lain.
2.      Tujuan Institusional
Tujuan institusional pengkhususan dari tujuan umum dan berisi kualifikasi yang diharapkan diperoleh anak-anak setelah menyelesaikan studinya dalam suatu institusi atau lembaga pendidikan tertentu. Rumusan tujuan institusional ini misalnya, seperti yang terdapat di dalam undang-undang pokok pendidikan No. 12 Tahun 1957 pasal 7.
a.       Ayat 1 : Pendidikan dan pengajaran taman kanak-kanak termasuk menentukan tumbuhnya    rohani dan jasmani kanak-kanak, sebelum dia masuk sekolah dasar.
b.      Ayat 2 : Pendidikan dan pengajaran rendah bermaksud menentukan tumbuhnya rohani dan jasmani anak, memberikan kesempatan kepadanya guna mengembangkan bakat dan kesukaannya masing-masing dan memberikan dasar pengetahuan, kecakapan dan ketangkasan, baik lahir maupun batin.
c.       Ayat 3 : Pendidikan dan pengajaran menengah (umum dan vak) bermaksud melanjutkan dan meluaskan pendidikan dan pengajaran yang diberikan di sekolah rendah untuk mengembangkan cita-cita hidup serta membimbing kesanggupan murid sebagai anggota masyarakat, mendidik tenaga ahli dalam pelbagai lapangan khusus sesuai dengan bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat bagi pendidikan dan pengajaran tinggi.
d.      Ayat 4 : Pendidikan dan Pengajaran Tinggi bermaksud memeberi kesempatan kepada pelajar untuk menjadi orang yang dapat memberi pimpinan di dalam masyarakat dan yang dapat memelihara kemajuan hidup kemasyarakatan.
e.       Ayat 5 : Pendidikan dan Pengajaran Luar biasa bermaksud memberi pendidikan kepada orang-orang yang dalam keadaan kekurrangan, baik jasmani maupun rohaninya supaya mereka memiliki kehidupan lahir batin yang layak.

Tujuan institusional ini di samping tertulis dalam Undang-Undang biasa terdapat juga dalam buku pedoman kerja (kurikulum) dari tiap-tiap lembaga pendidikan tertentu dan biasanya dirumuskan lebih eksplisit, misalnya dalam buku Pedoman dan Kurikulum SMP sebagai berikut.
“Tujuan Umum Pendidikan di SMP adalah agar lulusan:
a.       Menjadi warga Negara yang baik sebagai manusia yang utuh, sehat, kuat lahir dan batin.
b.      Menguasai hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari pendidikan di Sekolah Dasar.
c.       Memiliki bekal untuk melanjutkan pelajarannya ke Sekolah Lanjutan Tinggi Atas dan untuk terjun ke masyarakat.

3.      Tujuan Kurikuler (bidang studi)
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang akan dicapai untuk tiap-tiap bidang studi tertentu, misalnya dalam IPA, Bahasa Indonesia, Matematika, mata pelajaran Bahasa Inggris, dan lain-lain. Setelah anak mengikuti kegiatan kurikuler dalam bidang studi atau mata pelajaran tersebut, mereka diharapkan memiliki kualitas tertentu.
4.      Tujuan Instruksional
Tujuan ini merupakan suatu rumusan yang melukiskan perubahan yang diharapkan dalam diri murid bila ia telah menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu. Kegiatan belajar tersebut berhubungan dengan topik atau sub topik atau unit/subunit dari mata pelajaran tertentu. Tujuan instruksional ini dapat dijabarkan menjadi beberapa hal yaitu sebagai berikut.
a.       Tujuan Istruksional Umum
Tujuan instruksional umum merupakan pernyataan hasil belajar yang diharapkan dimiliki oleh murid-murid, tetapi belum dirumuskan, tetapi belum dirumuskan sekhusus-khususnya dalam  bentuk perubahan tingkah laku murid yang mudah diamati dan tidak menimbulkan bermacam-macam tafsiran.
b.      Tujuan Istruksional Khusus
Tujuan instruksional  khusus adalah reumusan tujuan yang menggunakan istilah yang operasional, dirumuskan dari sudut produkbelajar dan sudut perubahan, tingkah laku anak serta dinyatakan dalam rumusan yang sekhusus mungkin, sehingga tujuan tersebut mudah dinilai.

Sebagai usaha merumuskan tujuan instruksional sekhusus dan sejelas mungkin, sehingga bersifat operasional, dirumuskanlah tujuan-tujuan tersebut dalam bentuk tingkah laku khusus dari anak yang mudah diobservasi dan dievaluasi (behavioral objektive).

Menurut Bloom dalam (,1993:106) mengemukakan adanya tiga macam bidang (domains) dari tingkah laku manusia, yaitu aspek cognitive (pengenalan, pengetahuan), affective (perasaan, penghayatan-nilai, sikap) dan psychomotor (keterampilan).

Selanjutnya pada masing-masing domains masih didiferensiasi menurut intensitasnya. Kedua, sebagai sumber yang membantu perumusan tujuan adalah psikologi belajar atau khususnya teori-teori belajar. Teori-teori belajar yang kita kenal, misalnya:
a.       Teori stimulus dari respons.
Teori stimulus (S) dan Respons (R) sering disebut SAR Bond Teori atau keneksionisme. Yang dimaksud dengan stimulus adalah perangsang atau situasi di luar individu atau organisme. Sedangkan repons ialah reaksi sebagai akibat dari stimulus. S-R menunjukan hubungan antara Stimulus dan Respon, Hubungan antara S-R menjelaskan segala bentuk belajar pada manusia dan binatang.Contoh analisa belajar berdasarkan teori koneksionisme ini adalah sebagai berikut: Misalnya, guru mengatakan, berapa 2 x 2 (=stimulus), maka anak menjawab 4 (=respons). Jasdi, belajar digambarkan sebagai proses asosiasi atau koneksi.
b.      Teori Gestalt
Berlawanan dengan teori assosiasi, teori ini berpendirian, bahwa keseluruhan tidak sama dengan jumlah bagian-bagiannya. Mengubah bagian akan mengubah keseluruhannya. Dalam belajar, keseluruhan situasi belajar itu penting. Belajar adalah interaksi yang kontinu antara organisme atau individu dengan lingkungannya. Hubungan antara organisme dengan lingkunganya tidak statis melainkan dinamis dan senantisa berubah. Sebenarnya tidak pernah terdapat suatu situasi yang berulang tak pernah terdapat ulangan dari situasi yang sama. Situasi dan individu atau organisme tak pernah sama akan tetapi selalu mengalami perubahan. Seorang belajar jika ia mendapatkan suatu insight atau tilikan atau pemahaman dalam suatu situasi yang problematis. Dengan insight dimaksud melihat hubungan antara unsur-unsur dalam situasi itu. Banyak percobaan dilakukan oleh Kohler dengan chimpanse yang menunjukan timbulnya insight pada kera itu pada waktu ia memahami suatu situasi problematis. Apa sebenarnya insight itu belum dipahaminya. Selanjutnya teori ini berpendapat, bahwa dalam proses belajar si pelajar selalu bertindak sebagai keseluruhan yang berusaha mencapai tujuan dengan menggunakan segala pengalamannya. Jadi belajar itu adalah proses perkembangan dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan  merupakan suatu proses yang aktif di mana terjadi suatu interaksi yang kontinu antara organisasi atau individu dengan lingkungannya.

Tujuan kurikulum berdasrkan teori gestalt, misalnya ialah: agar anak dapat memahami suatu konsep, agar anak dapat menganalisa suatu problem, dan sebagainya.

Ketiga, sebagai sumber yang membantu dalam perumusan tujuan adalah pemahaman kita tentang hakikat anak serta realitas hidup kejiwaannya.

Anak adalah faktor utama dalam proses pendidikan. Anaka erat hubunganya dengan kurikulum. Anak dapat dianggap sebagai konsumen dari kurikulum atau dapat dikatakan kurikulum merupakan alat untuk membantu perkembangan anak. Kurikulum sekarang disusun berdasrkan orientasi pada sifat hakikat anak. Proses pendidikan sekarang adalah child-oriented. Di dalam proses interaksi antara pelajar dan mengajar, proses belajarlah yang dipentingkan. faktor manusia utama di dalam kelas bukan lagi guru, tetapi murid. Untuk memahami realitas hidup kejiwaan anak, maka sumbangan psikologi perkembangan adalah sangat besar

Beberapa realitas kehidupan jiwa maka, misalnya ialah:
1.      Anak adalah individu yang terus menerus tumbuh dan berkembang menuju kesempurnaan atau kematangan. Proses perkembangan anak tersebut bersifat kontinu namun cara teoritis proses perkembangan tersebut dapat dibagi-bagi jadi beberapa fase perkembangan. Pada tiap-tiap fase perkembangan terdapat sifat-sifat yang jelas dan berbeda dengan sifat-sifat yang jelas dan berbeda dengan sifat-sifat pada fase lainnya. Namun perlu diingat, bahwa batas antara fase-fase perkembangan tersebut tidak tegas. Perkembangan tetap merupakan proses kontinu. Proses tersebut berlanjut pada individu yang merupakan sifat-sifat atau kemampuan pembawaan (kodrat) dan faktor lingkungan, khususnya lingkunagn pendidikan.

Sebagai contoh pembagaian proses perkembangan menjadi fase-fase perkembangan, adalah pembagian yang dikemukakan oleh Kohnstamm, sebagai berikut:
a)      Masa Vital (0;0-2;0).
b)      Masa Kanak-kanak (2;0-6;0).
c)      Masa Sekolah (6;0-12;0).
d)     Masa Remaja (12;0-18;0).
e)      Masa Transisi dari remaja ke dewasa (18;0-21;0).
f)       Masa Dewasa (21;0-24;0).
Pada tiap-tiap masa perkembangan, sifat-sifat menunjukkan perbedaan dengan sifat-sifat masa perkembangannya.
a)      Anakmerupakan individu, perkembangan anak bukanlah perkembangan bagian, atau fungsi demi fungsi, tetapi merupakan perkembangan yang bulat keseluruhan.
b)      Anak merupakan individu yang berbeda dengan individu yang lain.
c)      Anak adalah individu yang mempunyai motif atau dorongan semua perbuatannya adalah berdasarkan motif untuk mencapai tujuan tertentu.
a.       Keempat, adalah masyarakat sebagai sumber yang membantu perumusan tujuan kurikulum. Kurikulum harus berorientasi pada masyarakat.
Sehubungan dengan pengertian tentang masyarakat tersebut, sekolah mempunyai tiga macam fungsi atau tugas yaitu mewarsikan nilai-nilai kebudayaan masa lalu kepada generasi muda, membahas, meniali secara kritis dan menyeleksi nilai kebudayaan masa kini untuk memberikan kecakapan, keterampilan kepada generasi sekarang agar dapat hidup, produktif dan analisis serta mengembangkan daya cipta untuk memperbaiki keadaan masa kini dan menciptakan keadaan yang lebih baik untuk masa depan.


Kurikulum Dalam Perspektif
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup sentral dalam perkembangan pendidikan, oleh sebab itu dibutuhkan landasan yang kuat dalam pengembangan kurikulum agar pendidikan dapat menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas. Adapun yang menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum:
1. Landasan Filosofis
Filsafat membahas segala permasalahan manusia, termasuk pendidikan, yang disebut filsafat pendidikan. Filsafat memberikan arah dan metodologi terhadap praktik-praktik pendidikan, sedangkan praktikpraktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan filosofis. Keduanya sangat berkaitan erat. Hal inilah yang menyebabkan landasan filosofis menjadi landasan penting dalam pengembangan kurikulum.
2. Landasan Psikologis
Dalam proses pendidikan yang tejadi adalah proses interaksi antar individu. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena kondisi psikologisnya. Kondisi psikologis sebenarnya merupakan karakter psikofisik seseorang sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku interaksi dengan lingkungannya. Dalam pengembangan kurikulum, minimal ada dua landasan psikologi yang mempengaruhinya, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
3. Landasan Sosiologis
Kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Dengan pendidikan diharapkan muncul masyarakat-masyarakat yang tidak asing dengan masyarakat. Dengan pendidikan diharapkan lahir manusiamanusia yang bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakat.oleh sebab itu tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik, kekeyaan dan perkembangan masyarakat.
Komponen Kurikulum
Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan komponen-komponen kurikulum. Ada yang mengemukakan 5 komponen kurikulum dan ada yang mengemukakan hanya 4 komponen kurikulum. Untuk mengetahui pendapat para ahli mengenai komponen kurikulum berikut Subandiyah (1993: 4-6) mengemukakan ada 5 komponen kurikulum, yaitu: (1) komponen tujuan; (2) komponen isi/materi; (3) komponen media (sarana dan prasarana); (4) komponen strategi dan; (5) komponen proses belajar mengajar. Sementara Soemanto (1982) mengemukakan ada 4 komponen kurikulum, yaitu: (1) Objective (tujuan); (2) Knowledges (isi atau materi); (3) School learning experiences (interaksi belajar mengajar di sekolah) dan; (4) Evaluation (penilaian). Pendapat tersebut diikuti oleh Nasution (1988), Fuaduddin dan Karya (1992), serta Nana Sudjana (1991: 21). Walaupun istilah komponen yang dikemukakan berbeda, namun pada intinya sama yakni: (1) Tujuan; (2) Isi dan struktur kurikulum; (3) Strategi pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar), dan: (4) Evaluasi.
Kaitan Kurikulum Dengan Pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, meski berada pada posisi yang berbeda. Saylor menyatakan bahwa kurikulum dan pembelajaran bagaikan Romeo dan Juliet. Artinya, kurikulum tanpa pembelajaran sebagai rencana tidak akan efektif, atau bahkan bias keluar dari tujuan yang telah dirumuskan.
Berikut merupakan gambaran kaitan antara kurikulum dan pembelajaran.
1. Model dualistis, pada model ini, kurikulum dan pembelajaran berdiri sendiri. Kurikulum yang seharusnya memjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran tidak tampak. Begitu juga dengan pembelajaran yang seharusnya dapat dijadikan tolak ukur pencapaian tujuan kurikulum tidak terjadi.
2. Model berkaitan, dalam model ini, kurikulum dengan pembelajaran saling barkaitan. Pada model ini, ada bagian kurikulum yang menjadi bagian dari pembelajaran, begitu juga sebaliknya.
3. Model konsentris, pada model ini, keduanya memiliki hubungan dengan kemungkinan bahwa kurikulum adalah bagian dari pembelajaran atau pembelajaran adalah bagian dari kurikulum.
4. Model siklus, pada model ini, antara kurikulum dan pembelajaran di anggap dua hal yang terpisah namun memiliki hubungan timbal balik. Di satu sisi, kurikulum merupakan rencana tertulis sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran mempengaruhi pada perancangan kurikulum selanjutnya.

BAB II
Kesimpulan
1.        Pengertian Kurikulum diorganisis menjadi dua, kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk insitusi pendidikan yang isinya berupa proses dan kompetensi yang harus dimiliki. Selanjutnya kurikulum adalah seluruh pengalaman dibawah bimbingan dan arahan dari insitusi pendidikan yang membawa kedalam kondisi belajar.
2.        Konsep kurikulum meliputi sebagai subtansi yang dipandang sebagai rencana pembelajaran bagi siswa atau seperangkat tujuan yang ingin dicapai, sebagai sistem yang merupakan bagian dari system persekolahan, pendidikan, bahkan masyarakat, dan sebagai bidang studi yang merupakan kajian para ahli kurikulum yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan system kurikulum.
3.        Kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
4.        Kurikulum berperan dalam pencapaian tujuan pendidikan, yakni memiliki peran konservatif, kreatif, kritis dan evaluatif 


BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Anam Choirul, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Sidoarjo: Qisthoh Digital Press, 2009
R, Dewantara. 2010. Pengertian dan Definisi Kurikulum. http://rinosusilodewantara.blogspot.co.id/2010/02/pengertian-dan-definisi-kurikulum-dalam.html. Diakses pada 28 September 2015.
Oemar Hamalik, Foundations of Curriculum , Jakarta : Bumi Aksara,2006
Kartikasari I Made, Pengertian Peranan dan Fungsi Kurikulum, Bandung : Remaja Rosdakarya,1997

Simanjuntak, Juliper. Pengertian, Peranan, dan Fungsi Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008
Sukmadinata, . Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta : PT Raja Grafindo,1993

Hasibuan Lias, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan Jakarta: Gaung Persada, 2010

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian I Jakarta: PT Imperial   Bhakti Utama, 2007




[1] Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada, 2010), hal.2
[2] I Made Kartikasari, Pengertian Peranan dan Fungsi Kurikulum, (Bandung : Remaja Rosdakarya,1997), hal.1

[3] Juliper Simanjuntak, Pengertian Peranan dan Fungsi Kurikulum, (Bandung : Angkasa Bandung, 1993), hal.4
[4] Hamalik, Oemar, Foundations of Curriculum , (Jakarta : Bumi Aksara,2006), hal.3-4
[5] Dewantara, R. 2010. Pengertian dan Definisi Kurikulum. http://rinosusilodewantara.blogspot.co.id/2010/02/pengertian-dan-definisi-kurikulum-dalam.html. Diakses pada 28 September 2015.

[6] Sukmadinata, . Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,(Jakarta : PT Raja Grafindo,1993)
 hal. 4
[7]  Choirul Anam, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Sidoarjo: Qisthoh Digital Press, 2009), hal.2
[8] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian I (Jakarta: PT Imperial   Bhakti Utama, 2007), hal. 94

[9] Simanjuntak, Juliper. Pengertian, Peranan, dan Fungsi Kurikulum. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008) hal.12
[10] Hamalik, Oemar.  Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta : Bumi Aksara,2008) hal. 8

1 komentar:

  1. How to make money from slot machines
    Some of the casino's most popular video slot machines include video poker and other febcasino popular table games. This is something that many online casinos and 1 answer  ·  Top answer: It depends on the slot machines, and หาเงินออนไลน์ a lot depends on which of the slots you play. Some of the casino's most popular video slot machines 제왕 카지노 include video poker and other popular table games.

    BalasHapus