Di era global seperti sekarang ini,
hampir setiap orang mudah untuk mengakses internet. Dari orangtua , remaja,
hingga anak kecil pun sudah mengenal internet. Apalagi didukung dengan
menjamurnya smartphone dan paket internet yang berlomba-lomba menamai dirinya
murah. Tidak perlu repot untuk ke warung internet untuk
mengaksesnya.
Seiring berkembangnya teknologi
internet, masyarakat pun makin ramah dengan situs jejaring sosial facebook,
blogger, my space hingga twitter. Situs jejaring sosial tidak hanya menjadi
wadah untuk berinteraksi dengan teman. Ada yang memanfaatkannya sebagai media
dalam menyampaikan informasi, untuk mempromosikan produk, bahkan hanya sekadar
untuk mencurahkan perasaan sang pengguna.
Dari berbagai macam jejaring sosial,
salah satu diantaranya adalah twitter. Jejaring sosial ini sedang
gencar-gencarnya digandrungi masyrakat selain facebook. Terlebih untuk
remaja yang tidak ingin ketinggalan zaman modern. Twitter dikalangan remaja
memang sangat bermanfaat untuk menambah teman atau link mereka,
bisa menjadi sarana bisnis dan bisa menjadi tempat ajang kepopuleran bagi
remaja saat ini.
Lalu bagaimana bila twitter
digunakan sebagai sarana belajar?? Menurut saya, itu hal yang sangat luar biasa
dan patut dicoba. Sekarang ini twitter bukan hanya sekadar jejaring sosial
tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Hal ini dapat
tergolong ke dalam salah satu e-learning.
Sejauh ini, twitter memang belum
berkembang secara khusus dalam penerapan e-learning. Tentu saja tidak semudah
membalikkan telapak tangan dalam mengaplikasikannya. Ada beberapa faktor yang
menjadi kendala dalam e-learning. Seperti tidak meratanya koneksi internet yang
dimiliki siswa dan tidak semua guru di negeri ini yang melek internet, apalagi
mengerti soal twitter.
Pemanfaatan jejaring sosial
untuk kepentingan belajar mengajar memang belum banyak yang mempraktekkannya.
Banyak orang yang beranggapan bahwa belajar adalah menghafalkan sejumlah
materi. Siswa seolah-olah menjadi mesin fotocopy yang menyalin buku kedalam
otaknya. Padahal, menghafal adalah tingkat terendah dari belajar. Hal ini
dikemukakan oleh Bloom dalam tingkatan tujuan pembelajaran yang terkenal
sebagai taxonomy bloom.
Coba bayangkann apabila pada saat
guru sedang menjelaskan materi, lalu siswa ngetweet tentang pelajaran
pemahamannya. Sama persis seperti menulis di bukku catatan, hanya berbeda pada
medianya saja. Setelah itu mereka dapat berdiskusi dengan menggunakan
fitur-fitur yang ada di twitter seperti hashtag, reply, retweet, dll.
Misalnya seperti #matematika untuk berdiskusi tentang pelajaran
matematika. Hal itu berguna untuk mempermudah dalam mengklasifikasikan diskusi
kelompok dengan siswa dan guru.
Dengan begitu, siswa dan guru tidak
akan tersesat dalam komunikasi yang lebih umum, melainkan lebih spesifik ke
pembahasan sesuai topik yang mereka inginkan. Ini juga menghindari
percampuradukkan antara isu pribadi dan isu sekolah. Para siswa menyimak dan
menemukan pelajaran yang menurutnya menarik. Siswa membuat ringkasan dalam 1
tweet yang berisi 140 karakter. Bisa jadi, siswa membuat tweet tentang
pertanyaan yang muncul di benaknya. Maka selama ia sekolah akan terkumpul
tweet-tweet yang juga jadi catatan sekolah.
Lalu apa bedanya dengan mencatat secara tradisional ? Ketika
mencatat secara tradisional mahasiswa dapat menuliskan apa saja dan tanpa
batas karakter. Otak ketika mendapat tantangan cenderung mengikuti cara yang
nyaman, menyalin kata-kata persis yang didengar. Beda dengan ngetweet,
otak kita ditantang untuk menemukan inti pelajaran yang panjangnya tidak lebbih
dari 140 karakter. Bahkan harus membuat sebuah kalimat baru yang melukiskan
materi yang didapatkan. Meski hanya 140 karakter, tapi membuat sebuah tweet
bukanlah hal mudah. Butuh kreativitas kita untuk membuat tweet yang memikat.
Selain sebagai media pembelajaran bagi siswa , twitter juga telah digunakan
sebagai media pembelajaran untuk khalayak umum. Banyak akun-akun twitter yang
aktivitasnya membagikan info dan ilmu pengetahuan umum. Mulai dari info
kesehatan, kecantikan, tips-tips menarik, dan masih banyak lagi. Setiap
akun ini biasanya memiliki jadwal dalam memposting atau mentweet info
tersebut, namun ada pula yang memposting setiap saat.
Contohnya saja akun @infoLengkap , akun ini membagikan ilmu tentang pengetahuan
umum. Dia memposting info menarik setiap saat hanya dengan menggunakan 140
karakter. Padahal info yang dia berikan itu mungkin berasal dari artikel yang
terdiri dari banyak paragraf. Ini membuktikan bahwa, twitter dapat membantu
memacu kreativitas bagi si penulis dalam menyimpulkan isi informasi
sehingga memberikan kemudahan pula bagi si pembaca dalam mencerna informasi
yang dia dapat.
Dalam bidang lain contohnya adalah akun @tipsbizonline dan @kelaspengusaha.
Akun ini memberikan informasi dan tips-tips dalam bidang bisnis dan wirausaha.
Berbeda dengan contoh sebelumnya, mereka membagikan tips-tips dan info
secara terjadwal, yaitu pukul 9 pagi dan 9 malam. Dengan sistem ini, para
pembaca atau biasa disebut follower dapat mengetahui kapan mereka harus membuka
twitter untuk membaca tweet yang diberikan akun itu. Sehingga waktu mereka pun
terjadwalkan , kapan harus belajar dan kapan harus melakukan aktivitas lain.
Masih banyak lagi akun-akun lainnya yang memberikan info seperti itu.
Informasinya pun bermacam-macam bidang dan dengan cara yang berbeda pula. Hanya
dengan memfollow akun tersebut, maka informasi akan secara otomatis masuk
kedalam timeline kita.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa twitter merupakan media pembelajaran
baru di masa kini. Banyak cara-cara menarik yang dapat memberikan kemudahan si
pembaca dalam menerima informasi, walau hanya dibatasi 140 karakter saja.
Penggunanya pun bukan hanya seseorang yang masih belajar secara formal,
masyarakat umum pun dapat menggunakannya untuk belajar. Jadi ? Mau
belajar melalui twitter? Kenapa tidak!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar