A.
PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang sangat
penting yang menjadikan Islam sebagai ciri khas dalam pendidikannnya. Hingga
saat ini Pendidikan Agama Islam masih dihadapkan pada tantangan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar mampu berkiprah dalam kehidupan masyarakat
modern. Studi kualitas tentang bidang studi Pendidikan Agama Islam menunjukkan
beberapa kelemahan, baik dilihat dari proses maupun hasil belajar antara lain
dalam aspek metodologis. Dalam proses pembelajaran di kelas pendekatan
ekspositoris sangat dominan selama proses belajar
Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, Pendidikan Agama Islam
(PAI) di sekolah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan
yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan
tentang Agama Islam.” Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi
nilai-nilai Islam pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses
pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah.
Proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika
nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh siswa. Artinya, metode ceramah yang
digunakan guru ketika mengajar Pendidikan Agama Islam berpeluang besar gagalnya
proses internalisasi nilai-nilai agama Islam pada diri siswa, hal ini
disebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar materi Pendidikan Agama
Islam.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga
pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih
mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat
dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh
guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah,
dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya
dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran
menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif
yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta
didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh
kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat
diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Dalam sistem pendidikan modern, fungsi guru sebagai penyampai
pesan-pesan pendidikan tampaknya perlu dibantu dengan media pendidikan, agar
proses belajar mengajar pada khususnya dan proses pendidikan pada umumnya dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Hal itu disebabkan antara lain, materi
pendidikan yang akan disampaikan semakin beragam dan luas mengingat
perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat. Dewasa ini guru bukanlah
satu satu-satunya sumber belajar dan penyampai pesan-pesan pendidikan
sebagaimana pernah terjadi sebelum tahun lima puluhan. Mulai tahun itu teori
komunikasi social mulai masuk ke dalam pendidikan, terutama alat Bantu pandang
dengar atau audio visual aid dan telah mulai digunakan dalam penyampaian pesan-pesan
pendidikan. Media pendidikan ini tidak saja sebagai alat Bantu pendidikan, juga
berfungsi sebagai penyalur pesan-pesan pendidikan.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan terutama di bidang telekomunikasi dan teknologi abad ini terjadi dengan begitu cepatnya. Pada masa yang akan datang menurut prediksi para ahli (futurist) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan lebih pesat lagi bahkan semakin tidak terkendali.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan terutama di bidang telekomunikasi dan teknologi abad ini terjadi dengan begitu cepatnya. Pada masa yang akan datang menurut prediksi para ahli (futurist) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan lebih pesat lagi bahkan semakin tidak terkendali.
Menurut Nana Syaodih yang dikutif oleh Ahmad Rofiq,
perkembanagan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang
komunikasi-informatika tersebut telah membawa berbagai perubahan mendasar dalam
bidang pendidikan. Kalaupun pendidikan dulu telah menngunakan teknologi, tetapi
teknologinya, masih sangat sederhana seperti penggunaan papan tulis, kapur grip
atau buku. Maka seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat maka
teknologi yang digunakan dalam pendidikan merupakan teknologi maju seperti
audio video cassette, overhead projector, film slide, televisi, tape recorder,
computer bahkan saat ini pembelajaran telah, menggunakan CD-ROOM dan Internet.
Penggunaan berbagai media yang merupakan produk teknologi
tersebut dirasakan sangat membantu penyelenggaraan pendidikan utamanya dalam
proses belajar dan mengajar. Kegiatan belajar mengajar berjalan lebih dinamis,
efektif dan lebih berkesan bagi siswa. Yang lebih maju lagi dalam pemanfaatan
produk teknologi dalam pendidikan adalah berkembangnya system pembelajaran
dengan elektronik yang dikenal dengan e-learning.
Pendidikan kita belum optimal, dan ini disinyalir karena
belum digunakannya metode pendidikan kontemporer, termasuk teknologi pendidikan
mutakhir. Teknologi pendidikan lebih sering dipahami secara konvensional dengan
lab-lab yang relatif mahal dan akibatnya tidak terjangkau oleh mayoritas
sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi.[1]
Dan dengan demikian, jika
dikaitkan dengan pembelajaran PAI maka yang dimaksud media pembelajaran PAI
adalah segala sesuatu (baik berbentuk alat cetak, non cetak maupun bentuk
lainnya) yang dapat digunakan untuk melakukan proses transmisi pesan-pesan
pembalajaran bagi siswa yang sedang mempelajari materi PAI agar terjadi proses
belajar dalam dirinya secara efektif dan efesien serta menyenangkan sehingga
tujuan pembelajaran PAI dapat tercapai dengan baik. Makna menyenangkan disini
dimaksudkan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran PAI hendaknya menumbuhkan
semangat belajar yang tinggi dan menggairahkan serta tidak membosankan.
B. KONSEP MEDIA
Kata media berasal dari bahasa
Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan
di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang
untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gegne mengatakan bahwa media adalah
pelbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat meransangnya untuk
belajar. Sementara Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang
dapat menyajikan pesan serta meransang siswa untuk belajar.[2]
Asosiasi pendidikan Nasional
memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat
dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apa pun batasan yang
diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat meransang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.[3]
Media pendidikan tidak terlepas dari teknologi pendidikan,
sehingga sebelum menguraikan pengertian media pendidikan perlu kita memahami
arti dari teknologi pendidikan secara umum dan teknologi pendidikan islam
secara khusus, dengan demikian, pendidikan teknologi adalah pendidikan untuk
menumbuhkan technological-attitude (sikap benar berteknologi) dan
technological-quotient (kecerdasan berteknologi) sehingga orang memiliki
motivasi, inisiatif dan kreativitas untuk melek teknologi, merebut teknologi,
dan mengembangkan teknologi. Sedang teknologi pendidikan adalah teknologi yang
didesain untuk mendukung aktivitas pendidikan secara komprehensif. Aktivitas
pendidikan adalah aktivitas untuk membentuk manusia seutuhnya, yakni yang
memiliki kedalaman iman, kecerdasan akal, kepekaan nurani, keluasan wawasan,
kebijakan sikap, kreativitas karya, kehalusan estetika, keberanian berjuang dan
seluruh nilai-nilai positif lainnya.
Dengan memahami pokok masalah di atas, maka jelas bahwa
posisi Islam di sini adalah untuk memberi arah dan nilai dari pendidikan, dan
demikian pula teknologi pendidikan. Karena itu teknologi pendidikan Islam
bukanlah sekedar teknologi untuk membantu siswa belajar shalat atau belajar
membaca Qur’an, namun teknologi yang seluas pendidikan itu sendiri. Teknologi
pendidikan Islam membuat siswa mudah memahami sains dan ilmu-ilmu apapun, mampu
menghubungkannya dengan Sang Pencipta dan menyadari apa tujuan diciptakannya
alam serta bagaimana sains itu dapat dimanfaatkan secara syar’i. Dia akan
menguasai sains dalam pandangan hidup Islam. Teknologi ini mengakselerasi siswa
mendapatkan tujuan-tujuan pendidikan, sehingga membantu mengatasi keterbatasan
kemampuan guru, sempitnya ruang kelas, kekurangan buku dan terbatasnya dana.
Secara harfiah media diartikan “perantara” atau “pengantar”.
AECT (Association for Educational Communication and Technology) mendefinisikan
media yaitu segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi.
Robert Hanick dan kawan-kawan (1986) mendefinisikan media adalah sesuatu yang
membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi.
Masih dalam sudut yang sama Kemp dan Dayton mengemukakan peran media dalam
proses komunikasi sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan
dari pengirim (sender) kepada penerima pesan atau informasi (receiver).
Sedangkan Oemar Hamalik mendefinisikan, media sebagai teknik
yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan
murid dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media pembelajaran
merupakan perantara atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar
tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. [4]
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah alat atau metodik dan teknik yang digunakan sebagai
perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan pengajaran di sekolah.
C. KEDUDUKAN MEDIA
Pembelajaran adalah suatu kegiatan sistem. Media merupakan
bagian dari komponen sistem pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, media bukan
hanya dipandang sebagai alat peraga atau alat bantu dalam mengajar bagi guru,
dan bukan pula sebagai selingan mengajar, tetapi media merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari setiap kegiatan pembelajaran. Karena ia berperan sebagai
pembawa atau penyaji informasi pembelajaran yang dibutuhkan siswa dan sekaligus
sebagai sumber pembelajaran. Dengan demikian, maka jelaslah kedudukan media
dalam pembelajaran merupakan factor penting yang dapat mempengaruhi
keberhasilan dari proses pembelajaran itu sendiri.
Menurut Yusuf hadi Miarso (1984:100) penggunaan media dalam
pembelajaran janganlah sekedar dianggap sebagai upaya membantu guru yang
bersifat pasif, artinya yang penggunaannya semata-mata ditentukan oleh guru.
Melainkan merupakan upaya membantu anak-anak untuk belajar, kalau perlu dengan
cara individual (berinteraksi seara individual dengan media) dan secara
berkelompok kecil dengan sesama teman kelas. Hal ini dapatlah dipahami bahwa
media merupakan suatu sistem dalam pembelajaran itu sendiri. Sistem adalah
sebagai suatu kesatuan dari berbagai elemen atau bagian-bagian yang mempunyai
hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai hasil yang
diharapkan(Pannen, 2005:5)[5]
D. FUNGSI MEDIA
Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dijelaskan tentang fungsi
media dalam proses belajar mengajar di sekolah, sebagai berikut:
1.
Dapat membantu kemudahan belajar bagi siswa dan kemudahan mengajar
bagi guru.
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan banyak
manfaat, disatu pihak akan memudahkan siswa dalam memahami materi
pelajaran yang sedang diajarkan karena siswa secara langsung dapat
berinteraksi dengan obyek yang menjadi bahan kajian. Sedangkan di pihak
lain, penggunaan media pengajaran dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat
disampaikan guru melalui komunikasi verbal, sehingga kesulitan siswa memahami
konsep dan prinsip tertentu dapat teratasi. Bahkan dengan kehadiran media
diakui dapat melahirkan umpan balik yang baik dan siswa.
2.
Melalui alat bantu konsep/tema pengajaran yang abstrak dapat diwujudkan
dalam bentuk kongkrit
Penggunaan media pengajaran dalam pembelajaran khususnya pada materi
pelajaran yang bersifat abstrak yang sukar dicerna dan dipahami
oleh setiap siswa terutama materi pelajaran yang rumit dan kompleks sangat
perlu dilakukan. Hal ini terkait dengan materi pelajaran yang
di dalamnya terdapat sejumlah konsep-konsep yang masih bersifat
abstrak, misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah
pada manusia, proses terjadinya hujan, proses terjadinya gerhana matahari, dan
lain-lain. Di mana kadang-kadang untuk menjelaskan dan menggambarkannya
melalui kata-kata sangat sulit, siswa pun sulit untuk memahaminya.
Untuk menjadikan materi pelajaran yang sukar dimengerti menjadi
jelas dan mudah, maka diperlukan adanya media. Oleh karena itu media pengajaran
merupakan sarana yang dipergunakan agar pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik, memperdekat dan memperlancar jalan ke arah
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3. Kegiatan belajar mengajar tidak membosankan dan tidak monoton
Salah satu faktor penyebab rendahnya daya serap dan tingkat pemahaman
siswa dalam menerima pelajaran, khususnya pada materi pelajaran yang
memiliki tingkat kesukaran yang tinggi yang sukar untuk diproses
oleh siswa, oleh karena kurangnya pengetahuan guru tentang variasi dalam
mengajar hanya menggunakan satu jenis metode saja seperti metode ceramah
di mana siswa hanya menjadi pendengar saja. Belum lagi jika materi yang
disampaikan itu kurang diminati siswa, sehingga mereka akan cepat merasa
bosan dan kelelahan dan hal tersebut tidak mereka hindari. Itu semua disebabkan karena penjelasan guru yang sukar untuk
dicerna dan dipahami.
Seorang guru yang bijaksana tentu sadar bahwa
kebosanan dan kelelahan siswa adalah berpangkal dari guru itu
sendiri. Di mana penjelasan yang ia berikan itu simpang siur dan tidak
ada fokus permasalahannya. Sehingga membuat siswa menjadi bingung. Jika guru
tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu materi pelajaran dengan
baik, maka kehadiran media sangat diperlukan sebagai alat bantu
pengajaran guna memperlancar proses belajar mengajar.
Untuk itu, bagi seorang tenaga
pengajar sangat dituntut untuk membekali dirinya dengan pengetahuan dan
keterampilan dalam menentukan strategi dalam mengajar. Salah
satunya dengan menggunakan media pengajaran. Hal tersebut dapat
membuat kegiatan pembelajaran lebih menarik dan disatu sisi membuat pelajaran
tidak monoton dan tidak membosankan bagi siswa. Selain itu
metode mengajar akan lebih bervariasi tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam
pelajaran.[6]
4. Segala alat indera dapat menafsirkan dan turut berdialog sehingga
kelemahan dari salah satu indera dapat diimbangi oleh kekuatan indera lain.
Kegiatan belajar yang dibarengi dengan penggunaan media
pengajaran akan memudahkan siswa memahami penjelasan guru yang
menggunakan alat peraga. Karena dalam
menerima pelajaran di samping menggunakan indera penglihatan (mata) juga
menggunakan indera pendengaran (telinga). Tiap-tiap siswa mempunyai kemampuan
indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatan. Demikian
juga kemampuan dalam berbicara. Ada siswa yang lebih suka/senang membaca,
ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan begitu pun sebaliknya.
Dengan kehadiran media pengajaran, kelemahan
indera yang dimiliki tiap siswa dapat diatasi. Misalnya, guru dapat
memulai pelajaran dengan metode ceramah kemudian dilanjutkan dengan
memperlihatkan/ memberikan contoh konkrit. Dengan cara seperti ini dapat
memberikan stimulus terhadap indera siswa.
Efektivitas proses belajar mengajar (pembelajaran) sangat
dipengaruhi oleh faktor metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya
saling berkaitan, dimana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap
jenis media yang akan digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian diantara
keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Walaupun ada hal-hal lain yang
juga perlu diperhatikan dalam pemilihan media, seperti: konteks pembelajaran,
karakteristik pembelajar, dan tugas atau respon yang diharapkan dari
pembelajar. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama
media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi
iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.[7]
Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:
1. Penyampaian
materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan
bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari
dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun
berada.
2. Proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media
dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik
secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan
suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan
media akan terjadinya komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media
guru cenderung bicara satu arah[8]
Tetapi Levi & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi
media pengajaran, khususnya media visual, yaitu:
1.
Fungsi atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2.
Fungsi afektif, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
sisiwa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang
visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
3.
Fungsi kognitif, media visual dapat terlihat dari temuan-temuan
penelitian yang menggungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mrngingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris, media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.[9]
4. Fungsi kompensatoris, media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.[9]
E. URGENSI MEDIA
Dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi
pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme.
Menurut pandangan ini bahwa pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh
guru ke pikiran siswa, tetapi pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam
pikiran siswa itu sendiri. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa
(teacher centered), tetapi yang lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran
berpusat pada siswa (student centered).
Dalam kondisi seperti ini, guru atau pengajar
lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran. Jadi, siswa atau
pebelajar sebaiknya secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar, berupa
lingkungan. Lingkungan yang dimaksud (menurut Arsyad, 2002) adalah guru itu sendiri,
siswa lain, kepala sekolah, petugas perpustakaan, bahan atau materi ajar
(berupa buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video, atau audio, dan yang
sejenis), dan berbagai sumber belajar serta fasilitas (OHP, perekam pita audio
dan video, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat
sumber belajar, termasuk alam sekitar).
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas,
maka proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi,
yaitu proses penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui
saluran/media tertentu ke penerima pesan (siswa/pebelajar atau mungkin juga
guru). Penyampaian pesan ini bisa dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi
berupa simbul-simbul verbal dan non-verbal atau visual, yang selanjutya
ditafsirkan oleh penerima pesan (Criticos, 1996).
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media
seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk
meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau
kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas)
menjadi lebih efektif.[10]
F. ANALISIS
Dalam proses belajar
mengajar masalah kegiatan siswa adalah salah satu hal yang menjadi pusat
perhatian bagi seorang guru. Apapun yang dilakukan oleh guru tidak lain
adalah suatu upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat merangsang
siswa dan mengarahkan mereka dalam belajar. Agar kegiatan
pembelajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif dalam
belajar, tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menuju ke arah itu adalah
dengan cara memperhatikan variasi dalam mengajar agar tidak menimbulkan
kejenuhan bagi siswa. Berdasarkan hal tersebut seorang guru dituntut
untuk memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan untuk mendukung
tugasnya sebagai pengajar.
Peranan guru adalah sebagai
mediator bagi para siswa. Untuk melaksanakan peranan tersebut seorang
guru hendaknya memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
merancang dan memanfaatkan media pengajaran. Pada dasarnya fungsi media
pengajaran adalah merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan
informasi dalam kegiatan belajar mengajar agar lebih efektif dan
efisien. Dengan demikian keberadaan media dalam dunia pendidikan merupakan
bagian yang cukup penting dalam mencapai tujuan instruksional.
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari
sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk
membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan
pembelajaran.
G. KESIMPULAN
Media merupakan suatu perantara
(alat) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan media yang tepat dapat
menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Hal ini akan lebih
mempermudah bagi guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Seperti
yang kita ketahui media pembelajaran itu banyak macamnya. Untuk proses belajar
mengajar yang baik kita harus menggunakan media pembelajaran yang tepat. Oleh
karena itu guru harus dapat memilih media yang sesuai dengan bahan pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan lancar.
Keberhasilan Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran
penting di sekolah baik pada jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan
menengah terlebih pada madrasah yang menjadikan Islam sebagai ciri khasnya
sangat dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang dilakukan guru. Selain
penggunaan multi metode dalam proses pembelajaran, guru agama saat ini juga
harus memanfaatkan berbagai media yang saat ini telah tersedia dalam berbagai
bentuk dan jenisnya di pasaran, mulai dari yang jenis dan bentuknya sederhana
sampai kepada multimedia (berbasiskan computer).
Kreatifitas guru dalam proses pembelajaran di kelas yakni
menggunakan multi metode, memanfaatkan dan memberdayakan media ditunjang dengan
penciptaan suasanan religius di lingkungan sekolah dan keteladanan guru
diharapkan mampu meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.
H. DAFTAR PUSTAKA
Asnawir, Media Pendidikan, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Azhar Arsyad, Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 25.
Benni Agus Pribadi, Media Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka, 1996.
Dawit, M. Yusuf, Komunikasi pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 1990,
Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, Semarang: RoSail, 2005.
Nasution, S., Teknologi Pendidikan, Bandung: Jemars, 1983.
Sudarman Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Sudjana, Nana, Media Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1990.
Benni Agus Pribadi, Media Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka, 1996.
Dawit, M. Yusuf, Komunikasi pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 1990,
Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, Semarang: RoSail, 2005.
Nasution, S., Teknologi Pendidikan, Bandung: Jemars, 1983.
Sudarman Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Sudjana, Nana, Media Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1990.
Yusuf
Hadi Miarso dkk., Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 1984.
[1].http://taufikhdt.blogspot.com/2010/06/makna-dan-fungsi-media-pembelajaran.html.
Diakses : 8 Mei 2013 Jm. 14.45
Diakses : 8 Mei 2013
Jm. 15.00
[5]
http://teknohidayatina.blogspot.com/2008/11/media-dan-sumber-belajar.html
Diakses: 11 Mei 2013
Jm. 18.30
[6].Azhar
Arsyad, Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 25. Diakses: 11 Mei 2013 Jm. 18.40
Diakses: 11 Mei 2013
Jm. 19.00
[8].http://www.batararayamedia.com/manfaat-media-pembelajaran-dalam-pendidikan-di-sekolah-_art-43.html.Diakses: 11 Mei 2013 Jm.19.10
[9]
http://stitattaqwa.blogspot.com/2012/04/konsep-dasar-media-pembelajaran-pai.html
Diakses: 11 Mei 2013 Jm. 19.20
[10] http://darshenie.blogspot.com/2012/04/konsep-dasar-media-pembelajaran-pai.html. Diakses: 11 Mei 2013 Jm. 19. 18
PlayAmo Casino Review & Bonus
BalasHapusFind out how to 썬시티 use PlayAmo 스포츠 토토 사이트 and get an exclusive Casino Welcome Bonus 원벳 먹튀 to play the casino games for free. This review will guide you through this welcome 마추 자 사이트 bonus. 실시간 바카라 사이트
Makasih Soal pai
BalasHapus