BAB
I
PEMBAHASAN
Pengertian
dan Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan
Pengertian dan Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan,
menarik untuk di bahas. Istilah kurikulum telah menjadi istilah lazim dunia
pendidikan dalam bahasa Indonesia. Secara etimologis atau asal kata, istilah
ini merupakan serapan dari bahasa Yunani. Yang awalnya digunakan untuk dalam
dunia olah raga, berasal dari kata “curir“ artinya pelari .
Sementara “curere“ artinya ditempuh atau berpacu.
Yaitu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Kurikulum menurut
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Menurut UU no. 20 tahun 2003, kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19)[1] Konsep kurikulum sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yakni kumpulan beberapa mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa.
Menurut UU no. 20 tahun 2003, kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19)[1] Konsep kurikulum sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yakni kumpulan beberapa mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa.
Mendasarkan pada makna yang terkandung dari beberapa
uraian diatas, kurikulum sebagai program pendidikan harus mencakup : (1)
Sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; (2) pengalaman
belajar atau kegiatan belajar; (3) program
belajar (plan for learning) untuk siswa; (4)
hasil belajar yang diharapkan. Dari rumusan
tersebut, kurikulum diartikan sebagai program dan pengalaman
belajar serta hasil-hasil belajar yang
diharapkan. Rumusan ini juga mengandaikan bahwa kurikulum diformulasikan
melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara sistematis yang diberikan
kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan pribadi dan kompetensi sosial siswa.[2]
Seiring dengan perubahan zaman, pengertian kurikulum
berubah. Pandangan lama, atau sering juga
disebut pandangan tradisional, merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk
memperoleh ijazah. Pengertian tadi mempunyai
implikasi sebagai berikut: (1) kurikulum terdiri
atas sejumlah mata pelajaran; (2) mata pelajaran adalah sejumlah
informasi atau pengetahuan, sehingga penyampaian mata
pelajaran pada siswa akan membentuk mereka
menjadi manusia yang mempunyai kecerdasan berpikir; (3) mata pelajaran
menggambarkan kebudayaan masa lampau; (4) tujuan
mempelajari mata pelajaran adalah untuk
memperoleh ijazah; (5) adanya aspek keharusan bagi setiap
siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang sama; (6)
sistem penyampaian yang digunakan oleh guru
adalah sistem penuangan (imposisi).[3]
Intinya, ruang lingkup kurikulum adalah berkisar pada rencana pembelajaran.
Berdasarkan definisi para ahli, berikut adalah
beberapa definisi kurikulum yang mencerminkan perkembangan dari zaman ke zaman per definisi kurikulum.[4]
Definisi Kurikulum
1. Definisi Kurikulum Menurut Murray Print (1993)
a. Kurikulum Sebagai Suatu Program Kegiatan Yang Terencana.
Berdasarkan pandangan komprehensif terhadap setiap kegiatan yang direncanakan untuk dialami seluruh siswa, kurikulum berupaya menggabungkan ruang lingkup, rangkaian, interpretasi, keseimbangan subject matter, teknik mengajar, dal lain-lain yang dapat direncanakan sebelumnya (Saylor, Alexander, dan Lewis, 1986).
b. Kurikulum sebagai Hasil Belajar yang Diharapkan
Kajian ini menekankan perubahan cara pandang kurikulum, dari kurikulum sebagai alat (means) menjadi kurikulum sebagai tujuan atau akhir yang akan dicapai (ends).
c. Kurikulum sebagai Reproduksi Kultural (Cultural Reproduction)
Pengembangan kurikulum semacam ini dimaksudkan untuk meneruskan nilai-nilai kultural kepada generasi penerus, melalui lembaga penerus.
d. Kurikulum sebagai Curere
Pandangan yang menekankan pada bentuk kata kerja kuikulum itu sendiri, yaitu curere. Sebagai pengganti interpretasi dari etimologi arena pacu atau lomba (race course) kurikulum, curere merujuk pada jalannya lomba dan menekankan masing-masing kapasitas individu untuk mengkonseptualisasi otobiografinya sendiri.
Masing-masing individu berusaha menemukan pengertian (meaning) ditengah-tengah berbagai peristiwa terakhir yang dialaminya, kemudian bergerak secara historis ke dalam pengalamannya sendiri di masa lampau untuk memulihkan dan membentuk kembali pengalaman semula (to recover and reconstitute the origins), serta membayangkan dan menciptakan berbagai arah yang saling bergantung dengan subdivisi-subdivisi pendidikan lainnya.
1. Definisi Kurikulum Menurut Murray Print (1993)
a. Kurikulum Sebagai Suatu Program Kegiatan Yang Terencana.
Berdasarkan pandangan komprehensif terhadap setiap kegiatan yang direncanakan untuk dialami seluruh siswa, kurikulum berupaya menggabungkan ruang lingkup, rangkaian, interpretasi, keseimbangan subject matter, teknik mengajar, dal lain-lain yang dapat direncanakan sebelumnya (Saylor, Alexander, dan Lewis, 1986).
b. Kurikulum sebagai Hasil Belajar yang Diharapkan
Kajian ini menekankan perubahan cara pandang kurikulum, dari kurikulum sebagai alat (means) menjadi kurikulum sebagai tujuan atau akhir yang akan dicapai (ends).
c. Kurikulum sebagai Reproduksi Kultural (Cultural Reproduction)
Pengembangan kurikulum semacam ini dimaksudkan untuk meneruskan nilai-nilai kultural kepada generasi penerus, melalui lembaga penerus.
d. Kurikulum sebagai Curere
Pandangan yang menekankan pada bentuk kata kerja kuikulum itu sendiri, yaitu curere. Sebagai pengganti interpretasi dari etimologi arena pacu atau lomba (race course) kurikulum, curere merujuk pada jalannya lomba dan menekankan masing-masing kapasitas individu untuk mengkonseptualisasi otobiografinya sendiri.
Masing-masing individu berusaha menemukan pengertian (meaning) ditengah-tengah berbagai peristiwa terakhir yang dialaminya, kemudian bergerak secara historis ke dalam pengalamannya sendiri di masa lampau untuk memulihkan dan membentuk kembali pengalaman semula (to recover and reconstitute the origins), serta membayangkan dan menciptakan berbagai arah yang saling bergantung dengan subdivisi-subdivisi pendidikan lainnya.
2. Definisi Kurikulum Menurut Beane,
etc (1991)
Kurikulum yakni bahwa konsep kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang meliputi:
a. Kurikulum sebagai produk
Merupakan hasil perencanaan, pengembangan, dan perekayasaan kurikulum.
b. Kurikulum sebagai program
Secara esensial merupakan kurikulum yang berbentuk program-program pembelajaran secara riil.
c. Kurikulum sebagai hasil belajar yang ingin dicapai oleh para siswa
Mendeskripsikan kurikulum sebagai pengetahuan, keterampilan, perilaku, sikap dan berbagai bentuk pemahaman thd. mata pelajaran.
d. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Menempatkan pengalaman belajar sebagai hal yang sangat penting dalam pembelajaran.
Kurikulum yakni bahwa konsep kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang meliputi:
a. Kurikulum sebagai produk
Merupakan hasil perencanaan, pengembangan, dan perekayasaan kurikulum.
b. Kurikulum sebagai program
Secara esensial merupakan kurikulum yang berbentuk program-program pembelajaran secara riil.
c. Kurikulum sebagai hasil belajar yang ingin dicapai oleh para siswa
Mendeskripsikan kurikulum sebagai pengetahuan, keterampilan, perilaku, sikap dan berbagai bentuk pemahaman thd. mata pelajaran.
d. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Menempatkan pengalaman belajar sebagai hal yang sangat penting dalam pembelajaran.
3. Definisi Kurikulum Menurut John
Dewey
John Dewey (1902) sudah sejak lama telah menggunakan istilah kurikulum dan hubungannya dengan anak didik. Dewey menegaskan bahwa kurikulum dan anak didik merupakan dua hal yang berbeda tetapi kedua-duanya adalah proses tunggal dalam bidang pendidikan. Kurikulum merupakan suatu rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan pengalaman belajar anak didik melalui suatu susunan pengetahuan yang terorganisir dengan baik yang biasanya disebut kurikulum.
John Dewey (1902) sudah sejak lama telah menggunakan istilah kurikulum dan hubungannya dengan anak didik. Dewey menegaskan bahwa kurikulum dan anak didik merupakan dua hal yang berbeda tetapi kedua-duanya adalah proses tunggal dalam bidang pendidikan. Kurikulum merupakan suatu rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan pengalaman belajar anak didik melalui suatu susunan pengetahuan yang terorganisir dengan baik yang biasanya disebut kurikulum.
4. Definisi Kurikulum Menurut Hilda
Taba
“A curriculum usually contains a statement of aims and of specific objectives; it indicates some selection and organization of content; it either implies or manifests certain patterns of learning and teaching, whether because the objectives demand them or because the content organization requires them. Finally, it includes a program of evaluation of the outcomes”. Pengertian kurikulum menurut Hilda Taba menekankan pada tujuan suatu statemen, tujuan-tujuan khusus, memilih dan mengorganisir suatu isi, implikasi dalam pola pembelajaran dan adanya evaluasi.
“A curriculum usually contains a statement of aims and of specific objectives; it indicates some selection and organization of content; it either implies or manifests certain patterns of learning and teaching, whether because the objectives demand them or because the content organization requires them. Finally, it includes a program of evaluation of the outcomes”. Pengertian kurikulum menurut Hilda Taba menekankan pada tujuan suatu statemen, tujuan-tujuan khusus, memilih dan mengorganisir suatu isi, implikasi dalam pola pembelajaran dan adanya evaluasi.
5. Definisi Kurikulum Menurut
Orlosky and Smith
Kurikulum adalah bagian dari program sekolah. Kurikulum berisi apa yang diharapkan pada siswa dalam pembelajaran.
Kurikulum adalah bagian dari program sekolah. Kurikulum berisi apa yang diharapkan pada siswa dalam pembelajaran.
6. Definisi Kurikulum Menurut Inlow
(1966)
Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.
Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.
7. Definisi Kurikulum Menurut Kerr,
J. F (1968)
Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
8. Definisi Kurikulum Menurut Beauchamp (1968)
Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari. [5]
Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
8. Definisi Kurikulum Menurut Beauchamp (1968)
Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari. [5]
pengertian dan Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan
pengertian dan konsep kurikulum Dalam pandangan John
Dewey, kurikulum merupakan rekonstruksi yang berkelanjutan. Dimulai dari
pengalaman yang dimiliki murid kemudian direpresentasikan dalam pelajaran.
Berdasar wawasan Dewey, bisa ditarik kesimpulan bahwa rujukan utama penyusunan
kurikulum adalah berakar dari pengalaman masing-masing siswa. Pendapat John
Dewey ini juga diamini oleh beberapa pakar hingga tahun 1957. Hampir semua
pakar kurikulum sepakat bahwa sumber kurikulum adalah pada pengalaman siswa.
Pandangan baru mengenai kurikulum terliat dari
pendapat Ronald C. Doll (1974) yang menyatakan bahwa ruang lingkup kurikulum
semakin luas. Termasuk dalam hal isi dan proses kurikulum yang semakin melebar,
pemaknaan tentang pengalaman siswa juga ikut melebar, yaitu mencakup pengalaman
di sekolah, di rumah, atauapun di masyarakat. [6]
Berbeda dan lebih jauh daru ahlu di atas, Zais
memberikan pandanganya tentang ruang lingkup kurikulum. Bahwa kurikulum
mencakup dua hal. Yaitu materi pembelajaran dan prosedur dalam proses pembelajaran.
Sehingga kurikulum sudah dianggap memiliki kedudukan sentral dalam proses
pembelajaran.
Konsep kurikulum dalam arti luas atau modern tidak
hanya mencakup tentang rencana pembelajaran saja. Akan tetapi juga mencakup
tentang segala sesuatu yang nyata yang terjadi dalam proses pendidikan di
sekolah, baik di dalam ataupun di luar kelas. Maka kurikulum bisa diartikan
juga sebagai entitas pendidikan yang mengatur tentang kegiatan intrakulikuler
dan ekstrakulikuler.[7]
Pengertian-pengertian dan gagasan-gagasan baru
tentang kurikulum akan selalu muncul seiring perkembangan zaman. Teori-teori
baru akan muncul karena manusia pemikir pendidikan memang tidak akan pernah
merasa puas pada satu hakikat saja.Para ahli-ahli baru dalam bidang pendidikan
akan muncul dan membawa serta teor-teori baru pendidikan.
Secara konseptual kurikulum secara garis besar
mempunyai tiga ranah, yaitu:kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai
sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi.[8]
Pertama,
kurikulum sebagai substansi, yaitu kurikulum dipandang sebagai rencana
pendidikan di sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai.
Suatu kurikulum digambarkan sebagai dokumen tertulis yang berisi rumusan
tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi
yang telah disepakati dan di setujui bersama oleh para penyusun kurikulum dan
pemangku kebijaksanaan dengan masyarakat.
Kedua, kurikulum
sebagai sistem, yaitu sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem sekolah,
sistem pendidikan, dan sistem masyarakat. Hasil dari sistem kurikulum adalah
tersusunnya suatu kurikulum. Kurikulum sebagai sistem mempunyai fungsi
bagaiamana cara memelihara kurikulum agar tetap berjalan dinamis.
Ketiga, kurikulum
sebagai suatu bidang studi, kurikulum disisni berfungsi sebagai suatu disiplin
yang dikaji di lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi. Tujuan kurikulum
sebagai suatu bidang studi adalah untuk mengembangkan ilmu kurikulum dan sistem
kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari tentang konsep
dasar kurikulum, mereka juga melakukan kegiatan penelitian dan percobaan guna
menemukan hal-hal baru yang dapat memperkuat dan memperkaya bidang studi
kurikulum.
itulah sedikit informasi tentang Pengertian dan
Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan yang dapat saya
sampaikan semoga bermanfaat.
Fungsi
Kurikulum
Menurut Nurgiantoro (1988 : 45-46), bahwa kurikulum mempunyai fungsi tiga hal. Pertama, fungsi kurikulum bagi sekolah terdiri dari alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Kurikulum juga dapat dijadikan pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan disekolah. Misalnya, bidang studi, alokasi waktu, pokok bahasan, serta termasukstrategi pembelajarannya.
Kedua, kurikulum dapat mengontrol dan memelihara keseimbangan proses pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka kurikulum pada tingkat atasnya dapat mengadakan penyesuaian,sehingga tidak terjadi pengulangan kegiatan pengajaran sebelumnya. Fungsi lain kurikulum juga dapat menyiapkan tenaga pengajar, dengan cara mengetahui kurikulum pada tingkat di bawahnya.
Ketiga, kurikulum dimaksud untuk menyiapkan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja, sehingga kurikulum mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat. Karena itu lulusan sekolah paling tidak dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan (vokasional) di satu sisi, dan dipersiapkan untuk melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya (akademis) disisi lain.[9]
Menurut Nurgiantoro (1988 : 45-46), bahwa kurikulum mempunyai fungsi tiga hal. Pertama, fungsi kurikulum bagi sekolah terdiri dari alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Kurikulum juga dapat dijadikan pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan disekolah. Misalnya, bidang studi, alokasi waktu, pokok bahasan, serta termasukstrategi pembelajarannya.
Kedua, kurikulum dapat mengontrol dan memelihara keseimbangan proses pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka kurikulum pada tingkat atasnya dapat mengadakan penyesuaian,sehingga tidak terjadi pengulangan kegiatan pengajaran sebelumnya. Fungsi lain kurikulum juga dapat menyiapkan tenaga pengajar, dengan cara mengetahui kurikulum pada tingkat di bawahnya.
Ketiga, kurikulum dimaksud untuk menyiapkan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja, sehingga kurikulum mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat. Karena itu lulusan sekolah paling tidak dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan (vokasional) di satu sisi, dan dipersiapkan untuk melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya (akademis) disisi lain.[9]
Tujuan Kurikulum
Tujuan adalah komponen kurikulum
yang sering dianggap komponen pertama dalam menyusun kurikulum karena tujuan
akan mengarah penyusunan komponen-komponen kurikulum lainnya. Tetapi kenyataan
lain menunjukkan bahwa banyak para guru atau penyusun kurikulum yang kurang
menyadari ada dan pentingnya peranan tujuan. Mereka sering tidak menghiraukan
komponen tujuan dan tidak pernah merumuskannya.
Bila sudah ada tujuan dalam buku
kurikulum, sering-sering rumusannya terlalu umum dan kurang jelas. Masalah
pokok dan paling sukar sehubungan dengan komponen tujuan, yakni bagaimana menerjemahkan tujuan pendidikan
yang sangat umum menjadi tujuan bersifat khusus dan operasional, artinya tujuan
yang benar-benar dapat dicapai oleh murid-murid di dalam proses belajar dalam
kelas. [10]
Untuk memahami asal mula atau
bagaimana tersusunnya tujuan kurikulum dari suatu sekolah (lembaga pendidikan)
perlu diketahui tentang sumber-sumber yang membantu. Sumber-sumber tersebut
adalah berupa dasar-dasar kurikulum yakni filsafat dan tujuan pendidikan,
psikologi belajar, faktor anak dan masyarakat.
Pertama,
misalnya kita akan menuliskan tujuan kurikulum Sekolah Menengah Pertama di
Indonesia, maka tujuan tersebut harus sesuai sejalan dan sesumber pada tujuan
umum pendidikan di Indonesia.
Agar dapat
memahami sifat dan kedudukan tujuan kurikulum suatu sekolah, perlu diketahui
adanya hirarki tujuan pendidikan. Hirarki tujuan pendidikan yang kita kenal, di
Indonesia yaitu sebagai berikut.
1.
Tujuan Umum
Pendidikan Nasional
Pendidikan
umum dalam istilah ini ditinjau dari scope
nasional. Tujuan umum pendidikan nasional adalah tujuan yang mengandung rumusan
kualifikasi umum yang diharapkan telah dimiliki oleh setiap warga negara
Indonesia setelah menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu. Sumber tujuan umum ini biasanya terdapat di dalam
undang-undang atau ketentuan-ketentuan resmi tentang pendidikan. Misalnya,
tujuan umum pendidikan nasional kita yang telah digariskan di dalam GBHN dan
Undang-Undang Pokok Pendidikan. Tujuan umum ini harus menjiwai tujuan
pendidikan yang lain.
2.
Tujuan
Institusional
Tujuan
institusional pengkhususan dari tujuan umum dan berisi kualifikasi yang
diharapkan diperoleh anak-anak setelah menyelesaikan studinya dalam suatu
institusi atau lembaga pendidikan tertentu. Rumusan tujuan institusional ini
misalnya, seperti yang terdapat di dalam undang-undang pokok pendidikan No. 12
Tahun 1957 pasal 7.
a.
Ayat 1 :
Pendidikan dan pengajaran taman kanak-kanak termasuk menentukan tumbuhnya rohani dan jasmani kanak-kanak, sebelum dia
masuk sekolah dasar.
b.
Ayat 2 :
Pendidikan dan pengajaran rendah bermaksud menentukan tumbuhnya rohani dan
jasmani anak, memberikan kesempatan kepadanya guna mengembangkan bakat dan
kesukaannya masing-masing dan memberikan dasar pengetahuan, kecakapan dan
ketangkasan, baik lahir maupun batin.
c.
Ayat 3 :
Pendidikan dan pengajaran menengah (umum dan vak) bermaksud melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dan pengajaran yang diberikan di sekolah rendah untuk
mengembangkan cita-cita hidup serta membimbing kesanggupan murid sebagai
anggota masyarakat, mendidik tenaga ahli dalam pelbagai lapangan khusus sesuai
dengan bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat bagi pendidikan dan
pengajaran tinggi.
d.
Ayat 4 :
Pendidikan dan Pengajaran Tinggi bermaksud memeberi kesempatan kepada pelajar
untuk menjadi orang yang dapat memberi pimpinan di dalam masyarakat dan yang
dapat memelihara kemajuan hidup kemasyarakatan.
e.
Ayat 5 :
Pendidikan dan Pengajaran Luar biasa bermaksud memberi pendidikan kepada
orang-orang yang dalam keadaan kekurrangan, baik jasmani maupun rohaninya
supaya mereka memiliki kehidupan lahir batin yang layak.
Tujuan
institusional ini di samping tertulis dalam Undang-Undang biasa terdapat juga
dalam buku pedoman kerja (kurikulum) dari tiap-tiap lembaga pendidikan tertentu
dan biasanya dirumuskan lebih eksplisit, misalnya dalam buku Pedoman dan
Kurikulum SMP sebagai berikut.
“Tujuan Umum
Pendidikan di SMP adalah agar lulusan:
a.
Menjadi
warga Negara yang baik sebagai manusia yang utuh, sehat, kuat lahir dan batin.
b.
Menguasai
hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari pendidikan di Sekolah
Dasar.
c.
Memiliki
bekal untuk melanjutkan pelajarannya ke Sekolah Lanjutan Tinggi Atas dan untuk
terjun ke masyarakat.
3.
Tujuan
Kurikuler (bidang studi)
Tujuan
kurikuler adalah tujuan yang akan dicapai untuk tiap-tiap bidang studi
tertentu, misalnya dalam IPA, Bahasa Indonesia, Matematika, mata pelajaran
Bahasa Inggris, dan lain-lain. Setelah anak mengikuti kegiatan kurikuler dalam
bidang studi atau mata pelajaran tersebut, mereka diharapkan memiliki kualitas
tertentu.
4.
Tujuan
Instruksional
Tujuan ini
merupakan suatu rumusan yang melukiskan perubahan yang diharapkan dalam diri
murid bila ia telah menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu. Kegiatan
belajar tersebut berhubungan dengan topik atau sub topik atau unit/subunit dari
mata pelajaran tertentu. Tujuan instruksional ini dapat dijabarkan menjadi
beberapa hal yaitu sebagai berikut.
a.
Tujuan
Istruksional Umum
Tujuan
instruksional umum merupakan pernyataan hasil belajar yang diharapkan dimiliki
oleh murid-murid, tetapi belum dirumuskan, tetapi belum dirumuskan
sekhusus-khususnya dalam bentuk
perubahan tingkah laku murid yang mudah diamati dan tidak menimbulkan
bermacam-macam tafsiran.
b. Tujuan
Istruksional Khusus
Tujuan
instruksional khusus adalah reumusan
tujuan yang menggunakan istilah yang operasional, dirumuskan dari sudut
produkbelajar dan sudut perubahan, tingkah laku anak serta dinyatakan dalam
rumusan yang sekhusus mungkin, sehingga tujuan tersebut mudah dinilai.
Sebagai
usaha merumuskan tujuan instruksional sekhusus dan sejelas mungkin, sehingga
bersifat operasional, dirumuskanlah tujuan-tujuan tersebut dalam bentuk tingkah
laku khusus dari anak yang mudah diobservasi dan dievaluasi (behavioral objektive).
Menurut
Bloom dalam (,1993:106) mengemukakan adanya tiga macam bidang (domains) dari tingkah laku manusia,
yaitu aspek cognitive (pengenalan,
pengetahuan), affective (perasaan,
penghayatan-nilai, sikap) dan psychomotor
(keterampilan).
Selanjutnya
pada masing-masing domains masih didiferensiasi menurut intensitasnya. Kedua,
sebagai sumber yang membantu perumusan tujuan adalah psikologi belajar atau
khususnya teori-teori belajar. Teori-teori belajar yang kita kenal, misalnya:
a.
Teori
stimulus dari respons.
Teori
stimulus (S) dan Respons (R) sering disebut SAR Bond Teori atau keneksionisme.
Yang dimaksud dengan stimulus adalah perangsang atau situasi di luar individu
atau organisme. Sedangkan repons ialah reaksi sebagai akibat dari stimulus. S-R
menunjukan hubungan antara Stimulus dan Respon, Hubungan antara S-R menjelaskan
segala bentuk belajar pada manusia dan binatang.Contoh analisa belajar
berdasarkan teori koneksionisme ini adalah sebagai berikut: Misalnya, guru
mengatakan, berapa 2 x 2 (=stimulus), maka anak menjawab 4 (=respons). Jasdi,
belajar digambarkan sebagai proses asosiasi atau koneksi.
b.
Teori
Gestalt
Berlawanan
dengan teori assosiasi, teori ini berpendirian, bahwa keseluruhan tidak sama
dengan jumlah bagian-bagiannya. Mengubah bagian akan mengubah keseluruhannya.
Dalam belajar, keseluruhan situasi belajar itu penting. Belajar adalah
interaksi yang kontinu antara organisme atau individu dengan lingkungannya.
Hubungan antara organisme dengan lingkunganya tidak statis melainkan dinamis
dan senantisa berubah. Sebenarnya tidak pernah terdapat suatu situasi yang
berulang tak pernah terdapat ulangan dari situasi yang sama. Situasi dan individu
atau organisme tak pernah sama akan tetapi selalu mengalami perubahan. Seorang
belajar jika ia mendapatkan suatu insight
atau tilikan atau pemahaman dalam suatu situasi yang problematis. Dengan insight dimaksud melihat hubungan antara
unsur-unsur dalam situasi itu. Banyak percobaan dilakukan oleh Kohler dengan
chimpanse yang menunjukan timbulnya insight
pada kera itu pada waktu ia memahami suatu situasi problematis. Apa sebenarnya
insight itu belum dipahaminya. Selanjutnya teori ini berpendapat, bahwa dalam
proses belajar si pelajar selalu bertindak sebagai keseluruhan yang berusaha
mencapai tujuan dengan menggunakan segala pengalamannya. Jadi belajar itu
adalah proses perkembangan dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan merupakan suatu proses yang aktif di mana
terjadi suatu interaksi yang kontinu antara organisasi atau individu dengan
lingkungannya.
Tujuan
kurikulum berdasrkan teori gestalt, misalnya ialah: agar anak dapat memahami
suatu konsep, agar anak dapat menganalisa suatu problem, dan sebagainya.
Ketiga,
sebagai sumber yang membantu dalam perumusan tujuan adalah pemahaman kita
tentang hakikat anak serta realitas hidup kejiwaannya.
Anak adalah
faktor utama dalam proses pendidikan. Anaka erat hubunganya dengan kurikulum.
Anak dapat dianggap sebagai konsumen dari kurikulum atau dapat dikatakan
kurikulum merupakan alat untuk membantu perkembangan anak. Kurikulum sekarang
disusun berdasrkan orientasi pada sifat hakikat anak. Proses pendidikan
sekarang adalah child-oriented. Di dalam proses interaksi antara pelajar dan
mengajar, proses belajarlah yang dipentingkan. faktor manusia utama di dalam
kelas bukan lagi guru, tetapi murid. Untuk memahami realitas hidup kejiwaan
anak, maka sumbangan psikologi perkembangan adalah sangat besar
Beberapa
realitas kehidupan jiwa maka, misalnya ialah:
1.
Anak adalah
individu yang terus menerus tumbuh dan berkembang menuju kesempurnaan atau
kematangan. Proses perkembangan anak tersebut bersifat kontinu namun cara
teoritis proses perkembangan tersebut dapat dibagi-bagi jadi beberapa fase
perkembangan. Pada tiap-tiap fase perkembangan terdapat sifat-sifat yang jelas
dan berbeda dengan sifat-sifat yang jelas dan berbeda dengan sifat-sifat pada
fase lainnya. Namun perlu diingat, bahwa batas antara fase-fase perkembangan
tersebut tidak tegas. Perkembangan tetap merupakan proses kontinu. Proses
tersebut berlanjut pada individu yang merupakan sifat-sifat atau kemampuan
pembawaan (kodrat) dan faktor lingkungan, khususnya lingkunagn pendidikan.
Sebagai
contoh pembagaian proses perkembangan menjadi fase-fase perkembangan, adalah
pembagian yang dikemukakan oleh Kohnstamm, sebagai berikut:
a)
Masa Vital
(0;0-2;0).
b)
Masa
Kanak-kanak (2;0-6;0).
c)
Masa Sekolah
(6;0-12;0).
d)
Masa Remaja
(12;0-18;0).
e)
Masa
Transisi dari remaja ke dewasa (18;0-21;0).
f)
Masa Dewasa
(21;0-24;0).
Pada
tiap-tiap masa perkembangan, sifat-sifat menunjukkan perbedaan dengan
sifat-sifat masa perkembangannya.
a)
Anakmerupakan
individu, perkembangan anak bukanlah perkembangan bagian, atau fungsi demi
fungsi, tetapi merupakan perkembangan yang bulat keseluruhan.
b)
Anak
merupakan individu yang berbeda dengan individu yang lain.
c)
Anak adalah
individu yang mempunyai motif atau dorongan semua perbuatannya adalah
berdasarkan motif untuk mencapai tujuan tertentu.
a.
Keempat,
adalah masyarakat sebagai sumber yang membantu perumusan tujuan kurikulum.
Kurikulum harus berorientasi pada masyarakat.
Sehubungan
dengan pengertian tentang masyarakat tersebut, sekolah mempunyai tiga macam
fungsi atau tugas yaitu mewarsikan nilai-nilai kebudayaan masa lalu kepada
generasi muda, membahas, meniali secara kritis dan menyeleksi nilai kebudayaan
masa kini untuk memberikan kecakapan, keterampilan kepada generasi sekarang
agar dapat hidup, produktif dan analisis serta mengembangkan daya cipta untuk
memperbaiki keadaan masa kini dan menciptakan keadaan yang lebih baik untuk
masa depan.
Kurikulum
Dalam Perspektif
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup sentral dalam perkembangan pendidikan, oleh sebab itu dibutuhkan landasan yang kuat dalam pengembangan kurikulum agar pendidikan dapat menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas. Adapun yang menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum:
1. Landasan Filosofis
Filsafat membahas segala permasalahan manusia, termasuk pendidikan, yang disebut filsafat pendidikan. Filsafat memberikan arah dan metodologi terhadap praktik-praktik pendidikan, sedangkan praktikpraktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan filosofis. Keduanya sangat berkaitan erat. Hal inilah yang menyebabkan landasan filosofis menjadi landasan penting dalam pengembangan kurikulum.
2. Landasan Psikologis
Dalam proses pendidikan yang tejadi adalah proses interaksi antar individu. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena kondisi psikologisnya. Kondisi psikologis sebenarnya merupakan karakter psikofisik seseorang sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku interaksi dengan lingkungannya. Dalam pengembangan kurikulum, minimal ada dua landasan psikologi yang mempengaruhinya, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
3. Landasan Sosiologis
Kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Dengan pendidikan diharapkan muncul masyarakat-masyarakat yang tidak asing dengan masyarakat. Dengan pendidikan diharapkan lahir manusiamanusia yang bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakat.oleh sebab itu tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik, kekeyaan dan perkembangan masyarakat.
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup sentral dalam perkembangan pendidikan, oleh sebab itu dibutuhkan landasan yang kuat dalam pengembangan kurikulum agar pendidikan dapat menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas. Adapun yang menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum:
1. Landasan Filosofis
Filsafat membahas segala permasalahan manusia, termasuk pendidikan, yang disebut filsafat pendidikan. Filsafat memberikan arah dan metodologi terhadap praktik-praktik pendidikan, sedangkan praktikpraktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan filosofis. Keduanya sangat berkaitan erat. Hal inilah yang menyebabkan landasan filosofis menjadi landasan penting dalam pengembangan kurikulum.
2. Landasan Psikologis
Dalam proses pendidikan yang tejadi adalah proses interaksi antar individu. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena kondisi psikologisnya. Kondisi psikologis sebenarnya merupakan karakter psikofisik seseorang sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku interaksi dengan lingkungannya. Dalam pengembangan kurikulum, minimal ada dua landasan psikologi yang mempengaruhinya, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
3. Landasan Sosiologis
Kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Dengan pendidikan diharapkan muncul masyarakat-masyarakat yang tidak asing dengan masyarakat. Dengan pendidikan diharapkan lahir manusiamanusia yang bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakat.oleh sebab itu tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik, kekeyaan dan perkembangan masyarakat.
Komponen
Kurikulum
Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan komponen-komponen kurikulum. Ada yang mengemukakan 5 komponen kurikulum dan ada yang mengemukakan hanya 4 komponen kurikulum. Untuk mengetahui pendapat para ahli mengenai komponen kurikulum berikut Subandiyah (1993: 4-6) mengemukakan ada 5 komponen kurikulum, yaitu: (1) komponen tujuan; (2) komponen isi/materi; (3) komponen media (sarana dan prasarana); (4) komponen strategi dan; (5) komponen proses belajar mengajar. Sementara Soemanto (1982) mengemukakan ada 4 komponen kurikulum, yaitu: (1) Objective (tujuan); (2) Knowledges (isi atau materi); (3) School learning experiences (interaksi belajar mengajar di sekolah) dan; (4) Evaluation (penilaian). Pendapat tersebut diikuti oleh Nasution (1988), Fuaduddin dan Karya (1992), serta Nana Sudjana (1991: 21). Walaupun istilah komponen yang dikemukakan berbeda, namun pada intinya sama yakni: (1) Tujuan; (2) Isi dan struktur kurikulum; (3) Strategi pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar), dan: (4) Evaluasi.
Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan komponen-komponen kurikulum. Ada yang mengemukakan 5 komponen kurikulum dan ada yang mengemukakan hanya 4 komponen kurikulum. Untuk mengetahui pendapat para ahli mengenai komponen kurikulum berikut Subandiyah (1993: 4-6) mengemukakan ada 5 komponen kurikulum, yaitu: (1) komponen tujuan; (2) komponen isi/materi; (3) komponen media (sarana dan prasarana); (4) komponen strategi dan; (5) komponen proses belajar mengajar. Sementara Soemanto (1982) mengemukakan ada 4 komponen kurikulum, yaitu: (1) Objective (tujuan); (2) Knowledges (isi atau materi); (3) School learning experiences (interaksi belajar mengajar di sekolah) dan; (4) Evaluation (penilaian). Pendapat tersebut diikuti oleh Nasution (1988), Fuaduddin dan Karya (1992), serta Nana Sudjana (1991: 21). Walaupun istilah komponen yang dikemukakan berbeda, namun pada intinya sama yakni: (1) Tujuan; (2) Isi dan struktur kurikulum; (3) Strategi pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar), dan: (4) Evaluasi.
Kaitan
Kurikulum Dengan Pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, meski berada pada posisi yang berbeda. Saylor menyatakan bahwa kurikulum dan pembelajaran bagaikan Romeo dan Juliet. Artinya, kurikulum tanpa pembelajaran sebagai rencana tidak akan efektif, atau bahkan bias keluar dari tujuan yang telah dirumuskan.
Berikut merupakan gambaran kaitan antara kurikulum dan pembelajaran.
1. Model dualistis, pada model ini, kurikulum dan pembelajaran berdiri sendiri. Kurikulum yang seharusnya memjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran tidak tampak. Begitu juga dengan pembelajaran yang seharusnya dapat dijadikan tolak ukur pencapaian tujuan kurikulum tidak terjadi.
2. Model berkaitan, dalam model ini, kurikulum dengan pembelajaran saling barkaitan. Pada model ini, ada bagian kurikulum yang menjadi bagian dari pembelajaran, begitu juga sebaliknya.
3. Model konsentris, pada model ini, keduanya memiliki hubungan dengan kemungkinan bahwa kurikulum adalah bagian dari pembelajaran atau pembelajaran adalah bagian dari kurikulum.
4. Model siklus, pada model ini, antara kurikulum dan pembelajaran di anggap dua hal yang terpisah namun memiliki hubungan timbal balik. Di satu sisi, kurikulum merupakan rencana tertulis sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran mempengaruhi pada perancangan kurikulum selanjutnya.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, meski berada pada posisi yang berbeda. Saylor menyatakan bahwa kurikulum dan pembelajaran bagaikan Romeo dan Juliet. Artinya, kurikulum tanpa pembelajaran sebagai rencana tidak akan efektif, atau bahkan bias keluar dari tujuan yang telah dirumuskan.
Berikut merupakan gambaran kaitan antara kurikulum dan pembelajaran.
1. Model dualistis, pada model ini, kurikulum dan pembelajaran berdiri sendiri. Kurikulum yang seharusnya memjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran tidak tampak. Begitu juga dengan pembelajaran yang seharusnya dapat dijadikan tolak ukur pencapaian tujuan kurikulum tidak terjadi.
2. Model berkaitan, dalam model ini, kurikulum dengan pembelajaran saling barkaitan. Pada model ini, ada bagian kurikulum yang menjadi bagian dari pembelajaran, begitu juga sebaliknya.
3. Model konsentris, pada model ini, keduanya memiliki hubungan dengan kemungkinan bahwa kurikulum adalah bagian dari pembelajaran atau pembelajaran adalah bagian dari kurikulum.
4. Model siklus, pada model ini, antara kurikulum dan pembelajaran di anggap dua hal yang terpisah namun memiliki hubungan timbal balik. Di satu sisi, kurikulum merupakan rencana tertulis sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran mempengaruhi pada perancangan kurikulum selanjutnya.
BAB
II
Kesimpulan
1.
Pengertian
Kurikulum diorganisis menjadi dua, kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang
merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk
insitusi pendidikan yang isinya berupa proses dan kompetensi yang harus
dimiliki. Selanjutnya kurikulum adalah seluruh pengalaman dibawah bimbingan dan
arahan dari insitusi pendidikan yang membawa kedalam kondisi belajar.
2.
Konsep
kurikulum meliputi sebagai subtansi yang dipandang sebagai rencana pembelajaran
bagi siswa atau seperangkat tujuan yang ingin dicapai, sebagai sistem yang
merupakan bagian dari system persekolahan, pendidikan, bahkan masyarakat, dan
sebagai bidang studi yang merupakan kajian para ahli kurikulum yang bertujuan
untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan system kurikulum.
3.
Kurikulum berfungsi
sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise atau
pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam
membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi
sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses
pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai
suatu pedoman belajar.
4.
Kurikulum
berperan dalam pencapaian tujuan pendidikan, yakni memiliki peran konservatif,
kreatif, kritis dan evaluatif
BAB
III
DAFTAR
PUSTAKA
Anam Choirul, Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam Sidoarjo: Qisthoh Digital Press, 2009
R, Dewantara. 2010. Pengertian dan
Definisi Kurikulum.
http://rinosusilodewantara.blogspot.co.id/2010/02/pengertian-dan-definisi-kurikulum-dalam.html.
Diakses pada 28 September 2015.
Oemar
Hamalik, Foundations
of Curriculum , Jakarta : Bumi Aksara,2006
Kartikasari
I Made, Pengertian Peranan dan Fungsi Kurikulum, Bandung : Remaja Rosdakarya,1997
Simanjuntak, Juliper. Pengertian, Peranan, dan Fungsi Kurikulum.
Bandung
: Remaja Rosdakarya, 2008
Sukmadinata, . Pengembangan dan
Inovasi Kurikulum, Jakarta : PT Raja Grafindo,1993
Hasibuan
Lias, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan Jakarta: Gaung Persada, 2010
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu
dan Aplikasi Pendidikan, Bagian I Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama, 2007
[2] I Made
Kartikasari, Pengertian Peranan dan Fungsi Kurikulum, (Bandung
: Remaja Rosdakarya,1997), hal.1
[3]
Juliper Simanjuntak, Pengertian Peranan dan Fungsi Kurikulum, (Bandung : Angkasa Bandung, 1993), hal.4
[5]
Dewantara, R.
2010. Pengertian dan Definisi Kurikulum.
http://rinosusilodewantara.blogspot.co.id/2010/02/pengertian-dan-definisi-kurikulum-dalam.html.
Diakses pada 28 September 2015.
hal. 4
[7]
Choirul
Anam, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Sidoarjo: Qisthoh
Digital Press, 2009), hal.2
[8] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu
dan Aplikasi Pendidikan, Bagian I
(Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama,
2007), hal. 94
[9]
Simanjuntak,
Juliper. Pengertian, Peranan, dan Fungsi
Kurikulum. (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2008) hal.12
How to make money from slot machines
BalasHapusSome of the casino's most popular video slot machines include video poker and other febcasino popular table games. This is something that many online casinos and 1 answer · Top answer: It depends on the slot machines, and หาเงินออนไลน์ a lot depends on which of the slots you play. Some of the casino's most popular video slot machines 제왕 카지노 include video poker and other popular table games.